Selasa, 06 Juli 2010

Meneladani Rasul Menyirnakan Kesesatan

Pada saat Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu dari Allah SWT yang pertama berupa surat Al-'Alaq, dimulailah periode baru, periode revolusi masyarakat, periode revolusi dunia. Mengikis segala bentuk kejahilan menggantikannya dengan cahaya terang benderang. Revolusi tersebut terjadi bukan karena sebuah kebetulan atau tiba-tiba terjadi begitu saja, jelas di muka bumi ini tidak ada sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. Revolusi itu terjadi bukan pula karena Muhammad seorang jenius kemudian berpikir mengenai bagaimana masyarakat ditata. Akan tetapi Muhammad tidak mengawali dan mengemban seruan revolusioner itu kecuali karena memang dia mendapatkan dan dibimbing oleh wahyu Allah SWT.

Peneliti manapun yang cermat memperhatikan kondisi dunia sebelum diutusnya Nabi Muhammad akan menemukan fakta bahwa dunia diwarnai dengan berbagai kerusakan, dominasi kedzaliman dan tenggelam dalam berbagai kesesatan. Prof DR. Muhammad Rawwas Qol'ahji merincikan kondisi sosial tersebut sebagai berikut:

  • Kedzaliman politik

    Kekuasaan dimonopoli oleh komunitas tertentu, komunitas ini sering memaksakan kehendaknya kepada rakyat tanpa memberi hak kepada siapapun mengemukakan pendapatnya. Saat itu terdapat pemerintahan dengan kekuasaan absolut seperti pemerintahan kerajaan Romawi.

  • Kedzaliman sosial

    Karena kekuasaan dimonopoli oleh kelompok tertentu maka terjadilah kelas sosial seperti adanya strata sosial di berbagai masyarakat misalnya ada Tuan and ada Hamba, ada borjuis ada proletar, ada Bangsawan ada rakyat jelata. Ada pembedaan penanganan di hadapan hukum misal di Kerajaan Romawi, undang-undang untuk Bangsawan disebut dengan Undang-Undang Romawi sedangkan undang undang untuk rakyat dan daerah koloni (jajahan) disebut undang-undang proletariat, padahal pada waktu itu Romawi termasuk yang paling besar perhatiannya terhadap perundang-undangan. Bagaimana pula negara yang perundang-undangannya digali dari paganisme atau di arab sendiri tidak ada undang-undang, hanya adat istiadat yang berbeda antara satu etnik dengan yang lainnya. Bangsa-bangsa yang hadir sebelum diutusnya Nabi Muhammad sudah kehilangan ikatan antar manusia yang ada hanya kesukuan yang tegak atas fanatisme jahiliyah.

  • Kedzaliman individu

    Selama negara belum punya peraturan yang adil dalam mendistribusikan kekayaan kepada rakyatnya maka pastilah kekayaan akan menumpuk di suatu titik dan melahirkan kelas sosial karena kekayaan yang dimilikinya melimpah ruah. Sehingga secara alami kekuasaan akan dikuasai oleh pemilik kekayaan melimpah ruah tadi. Dari sini akan nampak perbuatan orang yang kekayaannya melimpah ruah akan melakukan berbagai macam cara untuk mencari kepuasan akan tetapi mereka tidak akan pernah merasakan puas, akan tetapi justru semakin rakus. Ini terlihat jelas dari maraknya Riba pada masa itu dan bahkan Riba selanjutnya menjadi adat istiadat sampai-sampai tak seorangpun mengingkarinya.

  • Kesesatan Aqidah
    • Orang Romawi beragama Nashrani awalnya menyembah Allah, tapi selanjutnya tersesat oleh trinitas. Keyakinan mereka Allah adalah Tuhan dan Isa sebagi anak Allah yang memiliki dua sifat yaitu Lahut (Sifat Ketuhanan) dan Nasut (sifat Kemanusiaan).
    • Orang persia berkeyakinan Tuhan ada dua yaitu Ahuramazda (Tuhan Kebaikan) dan Ahriman (Tuhan Kegelapan).
    • Orang arab berkeyakinan bahwa Allah pencipta segala sesuatu akan tetapi mereka percaya dan menyembah berhala-berhala yang jumlahnya banyak (politheisme). Kata mereka "Ini untuk mendekatkan kami kepada Allah di langit." Keyakinan inilah yang selanjutnya menimbulkan kekacauan atau hal-hal lucu dalam peribadatan mereka misalnya mereka menyembah Tuhan dengan tepukan dan siulan yang tentu saja itu semua tidak ada maknanya sama sekali.
  • Kesesatan pemikiran

    Pemikiran orang Arab waktu itu kacau balau, menurut mereka batu dapat mendekatkan kepada Allah padahal hanya ikhlash dan amal shaleh sajalah yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah. Bahkan pemikiran sampai pada tingkat pemahaman terbalik sehingga menurut mereka kedzaliman merupakan sarana terbaik untuk menjaga kebenaran.

Dalam kesesatan yang bertumpuk tersebutlah Muhammad SAW diutus untuk melawan dan menggantikannya dengan cahaya terang benderang. Dimulai dengan menyampaikan Islam oleh Muhammad SAW kepada orang-orang terdekatnya, istri, sahabat dan kerabat. Seruan yang dilakukan Muhammad waktu itu adalah mengajak manusia menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan apapun. Seruan tersebut disampaikannya kepada siapapun yang dijumpainya.

Apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah menjumpai orang, ditawarkan agamanya dan orang yang mau menerimanya, maka digabungkanlah kedalam kelompok tangguh yang keberadaannya dirahasiakan. Kelompok tersebut berdiri atas dasar agama Islam. Pembentukan kelompok tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendidik orang-orang yang baru masuk Islam dengan Al-Quran. Mereka berkumpul di Rumah Arqam bin Abil Arqam. Di rumah tersebut berkumpullah orang-orang yang telah masuk Islam/ tergabung kedalam kelompok dakwah nabi dibacakanlah Al-Quran kepada mereka, dijelaskan dan diperintahkan kepada mereka untuk memahami dan mengamalkannya. Di rumah itu pula Rasul membina tsaqafah umat Islam, Shalat berjamaah bersama mereka juga shalat tahajjud yag diikuti oleh para sahabat. Di tengah mereka timbullah keadaan kehidupan Ruhani yang diwarnai dengan shalat dan membaca Al-Quran. Nabi Muhammad mendidik para sahabat untuk menjadi orang yang sabar menghadapi penderitaan, dan ridha dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, hingga mereka menjadi orang-orang yang ikhlash hanya mengharapkan ridha dari Allah SWT. Ketika itu Nabi Muhammad menyembunyikan identitas kutlah mereka selama 3 tahun sampai turun perintah Allah untuk menyeru dan mengingkari orang musyrik secara terang-terangan (Surat Al-Hijr ayat 94).

Dari sinilah bermula tahapan dakwah rasulullah selanjutnya—setelah sebelumnya membina para sahabat, menyiapkan individu-individu berkepribadian islam yang tangguh dan tergabung kepada kelompok dakwah—tahapan berinteraksi kepada masyarakat secara terang-terangan. Dakwah bertolak kearah aktivitas yang bukan lagi menampakkan Islam sebagai sesuatu yang baru akan tetapi aktivitas yang dilakukan adalah menunjukkan keberadaan kelompok kaum mu'minin yang menyerukan Islam di tengah-tengah masyarakat. Rasulullah pada waktu itu mengambil uslub dengan berjalan dalam dua barisan yang rapi yang sebelumnya tidak diketahui bangsa arab. Rasul bersama para sahabat berjalan mengitari Ka'bah. Dengan aktivitas tersebut Rasul memasuki fase dakwah terang-terangan (I'lan) setelah sebelumnya sembunyi-sembunyi (istikhfa').

Orang Arab khusunya Qurays tidak terlalu ambil pusing atas apa yang sedang dilakukan Nabi Muhammad beserta para sahabatnya. Mereka belum terlalu memahami akan apa yang dibawa Muhammad, apakah itu mengganggu urusannya sendiri atau tidak. Namun perlawanan terhadap Nabi Muhammad dan para pengikutnya secara alami terjadi setelah mereka tahu konten pemikiran yang disampaikan Muhammad beserta para sahabatnya adalah merendahkan tuhan-tuhan orang arab, membeberkan kehidupan mereka yang rusak dan murahan, dan mencela cara hidup mereka yang sesat.

Misalnya rasul menghina sesembahan orang kafir dengan membacakan wahyu dari Allah SWT. : Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan neraka jahannam (Al-Anbiya [21]:98).

Alquran juga mengecam praktek Riba dengan Surat Ar-Ruum: 39 "Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu tambahkan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.

Qur'an juga mengecam orang-orang yang curang dalam takaran, QS Al-Muthaffiffiin 1-3. "Kecelakaan besarlah bagi orang yang curang. Yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.

Dengan demikian secara alami orang Qurays menentang dan memusuhi Nabi dan para pengikutnya. Penentangan tersebut dapat kita lihat dalam beberapa bentuk diantaranya penganiayaan, berbagai propaganda baik didalam negeri maupun di luar negeri dan pemboikotan. Penentangan tersebut berhasil membuat Nabi Muhammad beserta para sahabat menderita, akan tetapi tidak berhasil membuat mereka luntur aqidah dan meninggalkan dakwahnya justru umat Islam semakin yakin akan janji dan pertolongan Allah. Tujuh tahun berikutnya perjuangan Rasul beserta para sahabat memasuki babak yang sangat berat dimana penentangan kaumm kafir sangat keras terhadap agama Allah, namun sekali lagi yang terjadi terhadap Nabi dan para sahabat adalah semakin yakin akan agama Allah.

Perjuangan dan kesabaran yang tiada tanding dalam sejarah manusia ada dalam diri Nabi dan para sahabat, bukan tidak ada hal yang mendasarinya melainkan pasti akibat tertanamnya Islam sebagai aqidah ruhiyah maupun syasiyah. Dengan dasar itu umat meyakini Allah sebagai Pencipta dan Pengatur dengan keyakinan yang tanpa keraguan. Tentu hal ini tak akan bisa diraih kecuali dengan membina para sahabat aqliyah dan nafsiyah islamiyah.

Pemerintahan yang dibentuk oleh Rasulullah.

Pemerintahan atau dalam bahasa arab lebih terkenal dengan istilah Al-Hukmu Menurut makna bahasa, kata al hukmu bermakna al qadla' (keputusan). Sedangkan kata al haakim bermakna munaffidzul hukmi (pelaksana keputusan atau pemerintahan). Adapun menurut istilah, kata al hukmu maknanya adalah sama dengan kata al mulku dan as sulthan. Yaitu, kekuasaan yang melaksanakan hukum dan aturan. Juga bisa disebut dengan aktifitas kepemimpinan yang telah diwajibkan oleh syara' atas kaum muslimin. Aktifitas kepemimpinan ini merupakan kekuasaan yang dipergunakan untuk menjaga terjadinya tindak kedzaliman serta memutuskan masalah-masalah yang dipersengketakan. Atau dengan ungkapan lain, kata al hukmu juga bisa disebut wilayatul amri. Sebagaimana dalam firman Allah:


 

"Taatilah Allah, dan taatilah rasulullah, serta ulil amri (para pemimpin) di antara kalian." (Q.S. An Nisa': 89)


 

"Dan kalau seandaianya mereka mengembalikan masalah itu kepada Rasulullah serta kepada ulil amri (para pemimpin) di antara mereka." (Q.S. An Nisa': 47)

Jadi, para pemimpin itulah yang esensinya melaksanakan pelayanan terhadap urusan-urusan umat secara langsung.

    Sebagai sebuah ideologi bagi negara, masyarakat serta kehidupan, Islam telah menjadikan negara beserta kekuasaannya sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari dirinya. Dimana Islam juga telah memerintahkan kaum muslimin agar mendirikan negara dan pemerintahan, serta memerintah dengan hukum-hukum Islam. Berpuluh-puluh ayat Al Qur'an yang menyangkut masalah pemerintahan dan kekuasaan telah diturunkan. Dimana ayat-ayat tersebut memerintahkan kaum muslimin agar menerapkan pemerintahan dengan berdasarkan apa yang diturunkan oleh Allah SWT. Allah berfirman:


 

"Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu." (Q.S. Al Maidah: 48)


 

"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan oleh Allah SWT. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu." (Q.S. Al Maidah: 49)


 

"Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (Q.S. Al Maidah: 44)


 

"Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim." (Q.S. Al Maidah: 45)


 

"Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik." (Q.S. Al Maidah: 47)


 

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (Q.S. An Nisa': 65)


 

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-Nya serta ulil amri (para pemimpin) di antara kamu." (Q.S. An Nisa': 59)


 

"Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan cara yang adil." (Q.S. An Nisa': 48)Dan masih berpuluh-puluh ayat yang lain, yang menyangkut masalah pemerintahan dari segi pemerintahan dan kekuasaan itu sendiri. Disamping itu, banyak lagi ayat-ayat lain yang menunjukkan pembahasan pemerintahan secara detail. Bahkan, ada ayat-ayat yang membahas tentang hukum perang, politik, pidana, kemasyarakatan, hukum perdata dan lain-lain. Allah SWT. berfirman:


 

"Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitar kalian itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan itu ada padamu." (Q.S. At Taubah: 123)


 

"Jika kamu menemukan mereka dalam peperangan, maka cerai-beraikanlah orang-orang yang ada di belakang mereka dengan (menumpas) mereka, supaya mereka mengambil pelajaran. Dan jika kamu khawatir akan terjadinya penghianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur." (Q.S. Al Anfal: 57-58)


 

"Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dengan bertawakkal kepada Allah." (Q.S. Al Anfal: 61)


 

"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu." (Q.S. Al Maidah: 1)


 

"Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan cara yang batil dan (janganlah) kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan (cara berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (Q.S. Al Baqarah: 188)


 

"Dan dalam qishas itu ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal." (Q.S. Al Baqarah: 179)


 

"Laki-laki dan perempuan yang mencuri. potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang telah mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah." (Q.S. Al Maidah: 38)


 

"Dan jika mereka menyusui (anak-anak)-mu untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya." (Q.S. At Thalaq: 6)


 

"Hendaklah orang yang mampu memberikan nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberikan nafkah dari harta yang diberikan oleh Allah kepadanya." (Q.S. At Thalaq: 7)


 

"Ambilah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan." (Q.S. At Taubah: 103)

    Dan demikianlah, kita senantiasa akan menemukan garis-garis besar undang-undang perdata, kemiliteran, pidana, perpolitikan, serta mu'amalah dengan jelas di dalam beratus-ratus ayat Al Qur'an. Disamping banyak hadits shahih --yang menjelaskan hal-hal yang serupa-- bertebaran. Dimana kesemuanya itu diturunkan berkaitan dengan suatu keharusan untuk menjalankan serta menerapkan kekuasaan berdasarkan garis-garis besar tersebut. Bahkan, semuanya itu telah berhasil diterapkan dalam kehidupan yang sesungguhnya pada masa Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, serta penguasa-penguasa Islam sepeninggal beliau. Kenyataan ini menunjukkan dengan jelas, bahwa Islam memiliki sistem pemerintahan dan kenegaraan, serta sistem yang bisa menjamin keberlangsungan masyarakat, kehidupan, umat serta individu-individunya. Sebagaimana Islam telah menunjukkan bahwa negara tidak akan begitu saja memerintah sebuah pemerintahan, melainkan dengan sistem Islam. Dimana Islam tidak akan pernah terlihat kecuali kalau Islam hidup dalam sebuah negara yang menerapkan hukum-hukumnya.

    Maka, Islam adalah agama dan ideologi, dimana pemerintahan dan negara adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari dirinya. Negara adalah thariqah (tuntunan operasional) satu-satunya yang secara syar'i dijadikan oleh Islam untuk menerapkan dan memberlakukan hukum-hukumnya dalam kehidupan secara menyeluruh. Dimana Islam tidak akan tampak hidup, kalau tidak ada sebuah negara yang menerapkannya dalam segala hal. Inilah negara dengan sistem perpolitikan yang sangat manusiawi, bukan negara ketuhanan (otokrasi) dengan sistem pendewaannya. Juga bukan negara yang memiliki sifat takdis apapun, begitu pula kepala negaranya tidak memiliki kema'suman --sebagaimana layaknya seorang Nabi dan Rasul.

    Dan sistem pemerintahan Islam adalah sistem yang menjelaskan bentuk, sifat, dasar, pilar, struktur, asas yang menjadi landasan, pemikiran, pemahaman, serta standar-standar yang dipergunakan untuk melayani kepentingan umat, serta undang-undang dasar dan perundang-undangan yang diberlakukan.

    Dialah sistem yang khas dan sama sekali lain bagi sebuah negara yang unik, yang berbeda dengan semua sistem pemerintahan manapun yang ada di dunia dengan perbedaan yang mendasar. Baik dari segi asas yang dipergunakan sebagai landasan sistem tersebut, atau dari segi pemikiran, pemahaman serta standar yang dipergunakan untuk melayani kepentingan umat, atau dari segi bentuk yang terlukis dari sana, maupun undang-undang dasar serta perundang-undangan yang diberlakukannya.


 

Kemungkinan aplikasi perjuangan Rasulullah untuk dunia mutakhir.

Kembali ke awal tulisan bahwa kondisi dimana diutus Muhammad membawa risalah Islam adalah kondisi kesesatan yang nyata dalam berbagai bentuknya, maka apa bila kita cermat melihat keadaan kondisi kesesatan yang terjadi pada era diutusnya rasulullah terulang sekarang dengan bentuk yang telah mengalami evolusi serba canggih namun tetap saja masih sesat.

  • Kedzaliman politik

    Kedaulatan ditangan rakyat yang tidak memungkinkan semua elemen rakyat memerintah, maka dilakukan perwakilan untuk mewakili rakyat, akan tetapi tentu secara fakta perwakilan rakyat ini justru lebih mewakili dan dimonopoli oleh para kapital pemilik modal. (Apa bedanya dengan zaman sebelum diutusnya Nabi Muhammad?

  • Kedzaliman sosial

    Karena kekuasaan dimonopoli oleh kelompok tertentu maka terjadilah kelas sosial seperti adanya strata sosial di berbagai masyarakat yang didasarkan kepada pemilikan harta. Maka ada kasta dalam masyarakat saat ini yaitu the have (orang kaya) dan the poor (orang miskin)

  • Kedzaliman individu

    Sampai saat ini negara-negara di seluruh penjuru dunia belum punya peraturan yang adil dalam mendistribusikan kekayaan kepada rakyatnya maka pastilah kekayaan akan menumpuk di suatu titik dan melahirkan kelas sosial karena kekayaan yang dimilikinya melimpah ruah. Dunia saat ini dikuasai oleh pemikiran individualistik yang hanya mengurusi perut sendiri.

  • Kesesatan Aqidah

    Aliran sesat bermunculan terus menerus di seluruh dunia hal ini disebabkan masyarakat permisif erdasarkan aqidah sekularisme dan liberalisme yang memang menjamin kebebasan beragama, bicara, bertindak dan kepemilikan kecuali untuk melaksanakan Islam (Pasti dikekang).

  • Kesesatan pemikiran

    Kebebasan tersebut diatas pula yang mendorong para penganutnya untuk mencari pembenaran dengan menghegemoni masyarakat dengan berbagai macam pemikiran seperti terorisme adalah penyerangan terhadap negara kafir oleh umat Islam. Kalau umat Islam yang diserang oleh negara kafir itu bukan terorisme tapi erorisme.

Maka didalam berbagai kesesatan itu seharusnya tumbuh sebuah kelompok yang berdiri menentang dan menggusur kesesatan lalu mencampakkannya ke tong sampah peradaban. Kelompok itu harus menapaki perjuangan yang dilakukan oleh Rasulullah dengan mengkaji secara mendalam berbagai macam pemikiran Islam setelah sebelumnya menjadikan aqidah yang sama sebagai dasar. Selanjutnya membina para pengemban dakwahnya, menggabungkannya dengan kutlah tersebut untuk pada waktunya nanti sanggup dengan berani berhadap-hadapan langsung melawan berbagai macam kekufuran dengan mengikuti metode perjuangan Rasulullah SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar